Rabu, 23 Januari 2013

satelit televisi

Pengantar mengenai Televisi Satelit




Televisi Teresterial
 
Siaran televisi secara umum dipancarkan dari suatu stasiun pemancar melalui gelombang radio melalui antenna dan kemudian diterima oleh pesawat televisi penerima melalui antenna penerima juga.Pada awal mulanya, gelombang radio ini memakai saluran VHF. Akan tetapi sesuai laju jaman dengan semakin banyaknya pemancar dan perkembangan teknologi TV berwarna, maka kanal VHF tersebut tidaklah mencukupi. Kemudian dilakukan expansi ke frekwensi UHF. Perkembangan teknologi selalu berkembang dan teknologi ini menjanjikan kemudahan dan kenyamanan yang lebih. Sampai pada saat dijumpai beberapa kendala dalam pemakaian frekwensi radio ini, diantaranya adalah banyaknya stasiun pemancar yang memakai frekwensi yang sama serta sifat gelombang UHF yang berjalan lurus, yaitu antara pemancar dan penerima haruslah merupakan garis lurus dan tidak halangan beruba tembok atau dinding atau pepohonan adalah merupakan penurunan signal yang sangat besar. Untuk itu Stasiun pemancar menggunakan pemancar dengan daya pancar sangat tinggi hingga ribuan dan bahkan puluhan ribu wat untuk menembus dinding pada area pemukian di tengah kota yang penuh dengan menara atau bangunan pencakar langit. Sedangkan bagi penerima di jarak jauh harus memakai antena yang dipasang di ketinggian (menara) untuk mendapatkan signal yang bagus. Untuk daerah perkotaan, solusi penyiaran ini dilakukan dengan melalui kabel, jadi siaran dilakukan dan disalurkan melalui kabel atau dikenal dengan istilah CaTV (Cable TV). Meskipun hal ini tidak praktis tapi bisa meningkatklan kualitas siaran serta biaya untuk membuat pemancar yang ribuan watt di ganti dengan biaya pemasangan infra struktur kabel. Walau demikian, untuk pemasangan yang mencakup area yang sangat luas masih tidak memungkinkan dan sangat mahal serta tidak realis.
Televisi Satelit
Seiring dengan perkembangan teknologi roket dan angkasa luar, maka pada tahun 1970an dimulailah uji coba dan riset meletakkan pemancar TV tersebut pada sattelit yang mengorbit diatas katulistiwa. Pada orbit geostasioner yang membuat satelit pada posissi relatif tetap pada suatu tempat atau posisi dari bumi. Orbit ini terkenal dengan nama orbit Molniya yang terletak diatas khatulistiwa antara 33.000 sampai 37.000 km dari bumi. Uji coba ini berhasil dan selanjutnya teknologi ini dikembangkan. Dengan teknologi ini maka stasiun pemancar hanya memancarkan siarannya dengan tenaga kecil terhadap suatu pemancar yang ditempatkan pada suatu sattelite, kemudian sattelitte tersebut memancarkan kembali ke arah bumi ke selurun stasiun penerima. Dengan demikian, menempatkan pemancar dan antena nya pada posisi sangat tinggi tersebut membuat pesawat penerima mempunyai jarak pandang langsung dan tidak menjumpai halangan pohon, gunung dan bangunan seperti jika pemancar tersebut ada di bumi. Dengan demikian dipakailah frekwensi yang jauh lebih tinggi dibanding UHF yaitu di frekwensi band S atau C atau bahkan KU yang merupakan frekwensi pada area ribuan MegaHertz. Dengan demikian, walau memakai daya pancar yang kecil bisa didapatkan jarak jangkau yang jauh dan memiliki bandwidth yang mencukupi.
Antenna Parabola
Akan tetapi, tidak bisa di pungkiri, antara pesawat penerima dan sattelite tersebut adalah jarak jangkau 37ribu kM dan ini bukan lah jarak yang pendek. Itu sama saja dengan 7 kalinya jarak antara Sabang sampai Merauke atau 50 kalinya jarak antara Jakarta ke Surabaya. Untuk itu dipakailah antena yang khusus yaitu antenna berbentuk corong (horn), akan tetapi ini masihlah belum cukup. karena sifat gelombang radio dalam periode GigaHertz tersebut seperti cahaya, maka di buatlah suatu pemantul yang mempunya mempunyai focus. dan pada focus itulah di tempatkan antenna horn tadi.
Pemantul yang memenuhi syarat tentulah yang bersifat logam dan mempunyai titik fokus yang absolut. Tentu kita tahu sedikit Ilmu Ukur, tentulah yang memenuhi syarat tersebut adalah berupa lengkung yang Parabola. Jadi sebetulnya ada sedikit kekeliruan istilah mengenai istilah antenna parabola. Karena parabola itu sebenarnya bukanlah antenna tetapi hanyalah sebagai cermin pemantul saja. Sedangkan antenanya sendiri berupa antenna biasa dalam pengumpan berbentuk corong (feed horn) yang di tempatkan pada fokus pemantul tersebut. Dari antenna tersebut di berikan (booster) penguat signal yang biasa disebut Low Noise Amplifier (LNA) dan kemudian perubah frekwensi (LNC, Low Noise Converter) untuk selanjutnya di salurkan melalui kabel ke arah pesawat penerima.
Kemudian untuk kemudahan, dari segi biaya dan practical, maka dibangunlah (khusus untuk menerima) suatu gabungan dari ketiganya yaitu antara LNA, LNC dan Feedhorn dan disebut sebagai Low Noise Block Feedhorn atau disingkat dengan LNBF atau LNB saja. Jadi Jika anda ingin menikmati siaran sattelit maka ada tiga hal yang harus anda miliki disamping anda juga harus memiliki pesawat televisinya juga. Tiga hal itu adalah sebagai berikut :
  • Cermin Parabola (biasa disebut Antenna Parabola)
  • LNBF atau LNB
  • Receiver atau IRD
dan perangkat penunjang yang lain tentu saja adalah kabel, konektor serta aliran listrik...,
 sumber:http://argopuro.com/artikel/tvsatelit.html

2 komentar: