Pengantar mengenai Televisi Satelit
Televisi
Teresterial
Siaran televisi secara umum
dipancarkan dari suatu stasiun pemancar melalui gelombang radio melalui antenna
dan kemudian diterima oleh pesawat televisi penerima melalui antenna penerima
juga.Pada awal mulanya, gelombang radio ini memakai saluran VHF. Akan tetapi
sesuai laju jaman dengan semakin banyaknya pemancar dan perkembangan teknologi
TV berwarna, maka kanal VHF tersebut tidaklah mencukupi. Kemudian dilakukan expansi ke
frekwensi UHF. Perkembangan teknologi selalu berkembang dan teknologi ini menjanjikan
kemudahan dan kenyamanan yang lebih. Sampai pada saat dijumpai beberapa kendala
dalam pemakaian frekwensi radio ini, diantaranya adalah banyaknya stasiun
pemancar yang memakai frekwensi yang sama serta sifat gelombang UHF yang
berjalan lurus, yaitu antara pemancar dan penerima haruslah merupakan garis
lurus dan tidak halangan beruba tembok atau dinding atau pepohonan adalah
merupakan penurunan signal yang sangat besar. Untuk itu Stasiun pemancar
menggunakan pemancar dengan daya pancar sangat tinggi hingga ribuan dan bahkan
puluhan ribu wat untuk menembus dinding pada area pemukian di tengah kota yang
penuh dengan menara atau bangunan pencakar langit. Sedangkan bagi penerima di
jarak jauh harus memakai antena yang dipasang di ketinggian (menara) untuk
mendapatkan signal yang bagus. Untuk daerah perkotaan, solusi penyiaran ini
dilakukan dengan melalui kabel, jadi siaran dilakukan dan disalurkan melalui
kabel atau dikenal dengan istilah CaTV (Cable TV). Meskipun hal ini tidak
praktis tapi bisa meningkatklan kualitas siaran serta biaya untuk membuat
pemancar yang ribuan watt di ganti dengan biaya pemasangan infra struktur
kabel. Walau demikian, untuk pemasangan yang mencakup area yang sangat luas
masih tidak memungkinkan dan sangat mahal serta tidak realis.
Televisi
Satelit
Seiring dengan perkembangan
teknologi roket dan angkasa luar, maka pada tahun 1970an dimulailah uji coba
dan riset meletakkan pemancar TV tersebut pada sattelit yang mengorbit diatas
katulistiwa. Pada orbit geostasioner yang membuat satelit pada posissi relatif
tetap pada suatu tempat atau posisi dari bumi. Orbit ini terkenal dengan nama
orbit Molniya yang terletak diatas khatulistiwa antara 33.000 sampai 37.000 km
dari bumi. Uji coba ini berhasil dan selanjutnya teknologi ini dikembangkan.
Dengan teknologi ini maka stasiun pemancar hanya memancarkan siarannya dengan
tenaga kecil terhadap suatu pemancar yang ditempatkan pada suatu sattelite,
kemudian sattelitte tersebut memancarkan kembali ke arah bumi ke selurun
stasiun penerima. Dengan demikian, menempatkan pemancar dan antena nya pada
posisi sangat tinggi tersebut membuat pesawat penerima mempunyai jarak pandang
langsung dan tidak menjumpai halangan pohon, gunung dan bangunan seperti jika
pemancar tersebut ada di bumi. Dengan demikian dipakailah frekwensi yang jauh
lebih tinggi dibanding UHF yaitu di frekwensi band S atau C atau bahkan KU yang
merupakan frekwensi pada area ribuan MegaHertz. Dengan demikian, walau memakai
daya pancar yang kecil bisa didapatkan jarak jangkau yang jauh dan memiliki
bandwidth yang mencukupi.
Antenna
Parabola
Akan tetapi, tidak bisa di pungkiri,
antara pesawat penerima dan sattelite tersebut adalah jarak jangkau 37ribu kM
dan ini bukan lah jarak yang pendek. Itu sama saja dengan 7 kalinya jarak
antara Sabang sampai Merauke atau 50 kalinya jarak antara Jakarta ke Surabaya.
Untuk itu dipakailah antena yang khusus yaitu antenna berbentuk corong (horn),
akan tetapi ini masihlah belum cukup. karena sifat gelombang radio dalam
periode GigaHertz tersebut seperti cahaya, maka di buatlah suatu pemantul yang
mempunya mempunyai focus. dan pada focus itulah di tempatkan antenna horn tadi.
Pemantul yang memenuhi syarat
tentulah yang bersifat logam dan mempunyai titik fokus yang absolut. Tentu kita
tahu sedikit Ilmu Ukur, tentulah yang memenuhi syarat tersebut adalah berupa
lengkung yang Parabola. Jadi sebetulnya ada sedikit kekeliruan istilah mengenai
istilah antenna parabola. Karena parabola itu sebenarnya bukanlah antenna
tetapi hanyalah sebagai cermin pemantul saja. Sedangkan antenanya sendiri
berupa antenna biasa dalam pengumpan berbentuk corong (feed horn) yang di
tempatkan pada fokus pemantul tersebut. Dari antenna tersebut di berikan
(booster) penguat signal yang biasa disebut Low Noise Amplifier (LNA) dan
kemudian perubah frekwensi (LNC, Low Noise Converter) untuk selanjutnya di
salurkan melalui kabel ke arah pesawat penerima.
Kemudian untuk kemudahan, dari segi biaya dan practical,
maka dibangunlah (khusus untuk menerima) suatu gabungan dari ketiganya yaitu
antara LNA, LNC dan Feedhorn dan disebut sebagai Low Noise Block Feedhorn atau
disingkat dengan LNBF atau LNB saja. Jadi Jika anda ingin menikmati siaran
sattelit maka ada tiga hal yang harus anda miliki disamping anda juga harus
memiliki pesawat televisinya juga. Tiga hal itu adalah sebagai berikut :
- Cermin Parabola (biasa disebut Antenna Parabola)
- LNBF atau LNB
- Receiver atau IRD
dan perangkat penunjang yang lain
tentu saja adalah kabel, konektor serta aliran listrik...,
sumber:http://argopuro.com/artikel/tvsatelit.html
wow makasih infonya, sangat bermanfaat
BalasHapusthnks infonya
BalasHapus